Pas HUT sekolah tahun kemaren, aku ditugasi untuk maju mas dan mbak Smansa mewakili kelasku. Dengan tema Wawasan Berbudaya sebagai Alas Globalisasi akhirnya aku bisa menyusun pidato singkat ini. J
Assalamualaikum wr.wb
Yth. Tim Juri Pemilihan Mas Mbak SMA N 1 Klaten tahun 2010 dan para hadirin yang berbahagia.
Pertama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat limpahan rahmat serta hidayahNya, kita semua dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun.
Sebelumya saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-53 untuk SMA N 1 Klaten. Saya berharap SMANSAKLA ke depannya akan lebih berkembang, dapat mengolah input dengan baik sehingga akan menghasilkan output yang lebih berkualitas.
Selanjutnya saya ingin mengucapkan terima kasih karena saya, sebagai wakil dari kelas X-I telah diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasi saya mengenai Wawasan Berbudaya sebagai Alas Globalisasi.
Seperti yang anda sekalian ketahui bahwa kita berpijak pada suatu Negara dengan kebudayaan yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke akan kita dapati berbagai kebudayaan dengan unsur estetika yang tinggi. Budaya adalah hal yang terbentuk akibat buah fikir masyarakat, dijadikan pedoman dan bahkan menjadi pola dalam kehidupan. Budaya yang dimiliki oleh suatu daerah jelas berbeda-beda. Dengan keanekaragaman budaya yang luar biasa tersebut sehingga terbentuklah puncak-puncak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh Negara sebagai jati diri yang disebut sebagai kebudayaan nasional. Kebudayaan yang kita miliki tersebut berkiblat pada budaya ketimuran yang mengindahkan norma kesopanan sebagai salah satu hal terpenting dalam budaya itu sendiri.
Hadirnya budaya sangat membantu kita dalam menghadapi arus globalisasi yang kian akrab dengan kita. Dewasa ini globalisasi yang sering disebut sebagai sebuah proses hubungan sosial dan saling ketergantungan antar negara dan antar manusia yang bersifat mendunia, sudah sering masuk tanpa jin ke negara kita. Dengan hadirnya tamu tak diundang ini tentu saja kita akan bimbang antara akan menerima atau malah akan menolaknya. Hal ini terjadi karena globalisasi akan memberikan suguhan- suguhan mengiurkan yang akan mendorong kita untuk mengadopsinya. Tapi, karena adat ketimuran yang telah melekat pada kita inilah yang menjadikan kita berfikir keras tentang dampak yang ditimbulkan. Positif atau negatif? Memberi income yang baik atau malah akan menjerumuskan kita dalam keburukan?
Tentunya sebagai insan berbudaya kita harus pandai memilah dan bersikap bijak dengan menerima hal-hal yang menguntungkan dan baik untuk kita dan tentunya sesuai dengan budaya kita. Sedangkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kita, lebih baik kita buang jauh agar tidak mambawa kita tenggelam dalam keburukan. Dalam era yang serba canggih inilah, wawasan wawasan tentang budaya yang kita anut sangat dibutuhkan untuk keperluan di atas. Sehingga jangan sampai kita dibutakan oleh arus globalisasi yang kian memanas dan lupa akan budaya yang kita anut agar kita bisa bersikap bijak untuk menyeleksi dampak-dampak yang ditimbulkan.
Hadirin yang berbahagia..
Kita sebagai penerus bangsa mempunyai tanggung jawab besar dalam melestarikan budaya yang kita miliki. Pelestarian budaya tersebut bisa dilakukan dan dimulai dari hal yang paling kecil. Contoh yang sekarang sudah terealisasi adalah batik di kalangan remaja. Kini, batik bukanlah sesuatu yang hanya dipakai dalam acara resmi dan “style”nya orang tua. Tapi kini batik bisa di design sedemikian rupa dan menjadi busana apik untuk kalangan remaja.
Contoh lain ada pada budaya cinta lingkungan. Maksudnya, kita harus bisa menjadikan kepedulian terhadap lingkungan itu menjadi sebuah budaya. Banyak cara untuk mengekspresikan rasa cinta terhadap lingkungan itu. Salah satunya dengan cara menghijaukan lingkungan sekolah misalnya. Seperti yang terjadi di sekolah tercinta kita ini. Kita disadarkan akan pentingnya penghijauan tersebut dengan membawa satu bibit pohon cemara per anak yang nantinya akan sangat berguna. Apalagi sekolah kita ini sudah dipredikati sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional. Sehingga kita harus menjadi tolak ukur untuk sekolah-sekolah lain dalam hal apapun. Termasuk dalam hal kepedulian lingkungan. Nggak ada salahnya kan mempercantik lingkungan tempat kita benaung jika akan menimbulkan kenyamanan untuk kita?
Ladies and gentlemen
Finally I just wanna say “knowing your own cultures is like knowing who you are”. Mengenal budayamu itu seperti mengenal dirimu sendiri. Terlihat simple tapi sebenarnya butuh proses. Pesan saya kenalilah budayamu sebagai jati dirimu agar kau tidak terjebak dalam caruk maruk kehidupan dunia global yang semakin menggelegar. Predikat sekolah bertaraf internasional bukanlah sekolah yang selalu mengadopsi budaya internasional, tetapi kita harus bisa menjadikan budaya Indonesia menjadi budaya dunia.
Kiranya hanya itu yang dapat saya sampaikan. Besar harapan saya agar hal yang saya sampaikan dapat berguna khususnya untuk saya pribadi dan umumnya untuk kita semua. Mohon maaf apabila terdapat kata kata yang kurang berkenan dalam hati anda sekalian. Terima kasih atas perhatian anda.
Bilahitaufik wal hidayah,
Wassalamualaikum wr.wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar